Selasa, 04 September 2007

MENULAR

Ketika menghadiri sebuah seminar, Anda begitu antusias menyimak paparan setiap pemateri. Satu-dua jam berlalu. Lima-enam jam terlewati. Anda mulai mengerling melihat sekeliling. Sudut mata Anda menangkap seseorang dengan mulut menganga. Menguap. Anda tak hirau. Sekali lagi Anda menolehkan kepala ke kiri. Anda menyaksikan muka kuyu dengan mata “jatuh”. Kantuk massal. Apa yang Anda rasakan? Seketika semangat menurun. Grafiknya perlahan namun pasti.
Ya, rasa kantuk itu menular. Pesimisme itu menular.
Bila Anda ke toko buku, sempatkan diri Anda mampir ke rak buku bagian tokoh atau biografi. Begitu banyak deretan nama-nama besar yang mengisi rak. Ketika melihat sebuah buku biografi tokoh inspiratif, Anda tertarik menenteng ke kasir. Mengeluarkan 100 ribuan. Menentengnya pulang, membaca isinya dan siap mengambil energi positif buku tersebut.
Tidak, mereka tidak sekedar jualan buku. Ada semangat berbagi di sana. Berbagi semangat. Optimisme yang menular.
Michael J. Losier menulis dalam Law of Attraction: segala sesuatu yang kita pikirkan dengan segenap energi, positif atau negatif, akan hadir dalam kehidupan kita. “Hati-hati dengan keinginan Anda, suatu saat akan menjadi nyata.” Dream comes true.
Setiap gerak, sikap dan laku seseorang, tidak hanya berdampak pada pribadi. Itu semua, cepat atau lambat, akan menular pada lingkungan. Bila kita dekat dengan penjual minyak wangi, niscaya ketularan wanginya. Bila kita dekat dengan penjual kambing, kita pun kecipratan baunya. Lebih jauh lagi, pilihannya adalah kita ingin menjadi penjual minyak wangi atau kambing?
Pernahkah Anda mendengar anak berusia 8 tahun yang menuliskan lebih dari 200 ratus keinginannya di sebuah kertas. Apa yang terjadi? Di penghujung usianya, dia berhasil meraih sebagian besar impiannya. Ya, hati-hati dengan keinginan Anda, suatu saat akan menjadi nyata. Dan kisah ini mengilhami trainer, motivator, public speaker, untuk mencoba berbagi dan menginspirasikan ke khalayak luas. Energi positif itu menular.
Ya, energi segenap elemen bangsa lebih baik terkuras menularkan hal-hal positif. Kita juga harus meyakinkan diri bahwa kita bukan bangsa inlander, babu atau indon. Yakinkan bahwa sumber daya alam yang melimpah bukanlah “kutukan” namun tantangan bagi kita untuk mengelolanya.
Mulai dari Indonesia. Mulai dari Kalimantan. Mulai dari Pontianak. Mulai dari diri sendiri. Mulai. Take action!

Tidak ada komentar: